Sabtu, 19 Juli 2014

Dalam hitungan Menit,Seribu Tumpeng Ludes

Persiapan Pasukan Keraton yang mengamankan acara malam selikuran yang merupakan adat keraton surakarta

Tumpeng yang berjumlah Seribu Diarak mengelilingi Keraton Menuju Masjid Agung Surakarta




Seribu Tumpeng Setelah diarak Mengelilingi Keraton dan Berakhir Di masjid Agung Surakarta

Seribu Tumpeng di doakan dimasjid agung surakarta


Setelah Seribu Tumpeng Didoakan Kemudian Tumpeng dibagikan Kepada Pengunjung yang Berada di Masjid agung Surakarta


Suasan Keraton Surakarta Setelah Acara Malam Selikuran




         Acara Malam Selikuran yang menjadi Tradisi Keraton Surakarta Jatuh Pada Tanggal 18-7-2014, Dan juga Untuk Memperingati malam ke dua puluh satu dalam hitungan bulan Ramadan yang biasa disebut malam Lailatul Qadar itu.
         Seribu tumpeng diperebutkan oleh abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta dan masyarakat sekitar. Ketua Pengurus Masjid Agung. KRT Tafsir Anom XXIII mengatakan tradisi malam selikuran dengan mengusung seribu tumpeng merujuk pada malam lailatul qodar yang jatuh pada malam ganjil di bulan Ramadan.Makanya kirab dilakukan pada malam selikur sebagai malam ganjil. Dan pada malam lailatul qadar adalah malam seribu pahala. Lalu, jumlah pahala tersebut diibaratkan dengan jumlah seribu tumpeng
         Selain itu, pada malam ke dua puluh satu bulan Ramadan atau malam ganjil , Nabi Muhammad SAW juga mendapatkan wahyu di Jabal Nur. Dan ketika turun dari Jabal Nur disambut oleh para sahabat dengan membawa obor selama perjalanan pulang menuju kediaman Sang Nabi.
        
        Setelah melakukan kirab dari keraton hingga masjid, selanjutnya seribu tumpeng tersebut diletakkan di serambi masjid. Lantas, tumpeng tersebut pun dibacakan doa yang diamini oleh para abdi dalem dan warga masyarakat umum.
        
        Tak berselang lama, aba-aba untuk pembagian tumpeng pun diserukan. Lalu, beberapa perwakilan abdi dalem pun membagi-bagikan secara merata kepada peserta maupun jamaah masjid.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar